Perbankan didambakan tidak tebang pilih dalam membebankan suku bunga credit pada pengembang. Diluar itu, perbankan malah didambakan dapat memberi stimulan dorongan pada pengembang kecil.
Bank Indonesia (BI) udah putuskan untuk turunkan suku bunga rujukan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 Basis Point (Bps) jadi 5, 5 prosen. Sebelumnya setelah pada Juli, BI pun turunkan suku bunga sebesar 25 bps jadi 5, 75 prosen.
Tetapi sampai sekarang ini suku bunga KPR dianggap masih sangat tinggi. Dari segi perbankan memandang kalau perihal penurunan bunga credit gak cuma dikontrol oleh penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI 7 Days Reverse Repo Rate/BI7DRRR) , dan juga harus lihat situasi likuiditas di pasar sampai penurunan suku bunga rujukan itu tidak serentak disertai oleh perbankan.
Wakil ketua DPP REI Hari Ganie berharap suku bunga KPR serta konstruksi dapat selekasnya di turunkan jadi single digit, ditengah-tengah situasi sekarang ini spread dari perbankan masih tinggi.
Tetapi ia pun mendalami kalau jadi industri yg bergerak disektor keuangan, perbankan seharusnya melakukan tindakan dengan prinsip kehati-hatian. Industri ini taat pada ketentuan main yg ada serta diproyeksikan bisa juga mengatur dengan situasi yg ada.
Menurut dia sekarang ini ada perbankan yg memberi suku bunga konstruksi lebih kecil pada pengembang besar dengan argumen tambah dapat diyakini serta volume cicilannya yg semakin besar.
Jika Mereka kurang yakin dengan pengembang kecil volumenya kecil. Harusnya terbalik dong. Pengembang kecil dong mereka kan lebih hanya terbatas, tekannya.
Sekretaris Jenderal DPP REI Paulus Totok Lusida pun lihat ada ketidaksinkronan margin penurunan suku bunga rujukan pada harga kulkas margin credit bank. Perihal ini yg memberi resiko kurang baik pada beberapa pengembang di lapangan.
Kok dapat demikian. coba (BI Rate serta suku bunga bank) disamaratakan, jangan mengambil untung besar-besar, katanya.
Totok menyarankan supaya Bank Indonesia membuat pertemuan teratur berbarengan beberapa asosiasi, Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) , serta Himpunan Bank Punya Negara (Himbara) untuk bekerjasama serta menyesuaikan margin penurunan suku bunga.
Menurut dia, suku bunga credit perbankan perlu selalu termonitor lantaran pengembang tidak bisa tergantung pada untung rugi penjualan. Seandainya perihal ini bisa sesuai, karena itu resiko domino akan kian lebih baik.
Berdasar data OJK, selanjutnya Suku Bunga Basic Credit (SBDK) lebih dari triwulan pertama tahun ini. Suku Bunga Basic Credit (SBDK) dipakai harga sepatu bola jadi basic penentuan suku bunga credit yg akan digunakan oleh bank pada nasabah.
SBDK belum menghitung bagian perkiraan premi kemungkinan yg besarnya terkait dari penilaian bank pada kemungkinan semasing debitur atau kumpulan debitur. Karena itu, besarnya suku bunga credit yg digunakan pada debitur belum pasti sama seperti SBDK.
Dalam credit mengonsumsi Non KPR tidak termasuk juga pendistribusian dana lewat kartu credit serta Credit Tiada Taruhan (KTA) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar